Minggu, 30 Juni 2013

ANAK INDONESIA TERUSLAH BERPRESTASI

Salah satu upaya menaikkan strata kehidupan adalah dengan pendidikan. Melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, bagi seorang anak yang dilahirkan dari keluarga sangat sederhana bahkan kategori tidak mampu, terkadang menjadi sekedar impian. Tetapi ditengah kehidupan yang serba prihatin, mereka bekerja keras dan belajar tekun untuk meraih cita-cita.
Demikianlah kisah para narasumber Kick Andy kali ini. Imam Murti Wahyudi, salah satu pelajar SMKN 2 Cilacap ini telah meraih prestasi luar biasa pada Ujian Nasional yang diselenggarakan tahun ini. Anak ke-dua dari tiga bersaudara ini menjadi salah satu siswa peraih nilai UN tertinggi tingkat SMK seJawa Tengah & DIY, dengan nilai 38,90. Selama ini prestasinya disekolah memang sangat menonjol. Imam dibesarkan dari keluarga yang sangat sederhana. Bapaknya berprofesi sebagai buruh serabutan dan ibunya membantu nafkah keluarga dengan menjual kopi tumbuk. Keterbatasan ekonomi inilah yang membuatnya terpacu untuk merubah nasib keluarga menjadi lebih baik, lewat semangatnya giat belajar. Melanjutkan ke perguruan tinggi membutuhkan dana yang tak sedikit. Meski mimpinya untuk dapat melanjutkan kuliah sangat melekat besar dalam dirinya, namun nasib berkata lain. Hal itulah yang membuat kini Imam hanya bisa berdoa dan bertawakal agar kelak mimpi-mimpinya bisa terwujud.
Kemiskinan memang tidak identik dengan kebodohan. Meski datang dari keluarga sangat sederhana, Metta Andriani dikenal sebagai siswi yang pandai dan tekun. Tak kalah dengan mereka yang dibekali fasilitas berlebih. Lulus Ujian Nasional dengan nilai 56,45 - membuatnya menjadi peraih nilai UN tertinggi se-Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Tinggal di Dusun Trimulyo, Ngujang Tulungagung, sehari-hari Metta membantu sang ibu, Emi Supangatin, yang bekerja sebagai penjahit perusahaan konveksi. Untuk satu celana yang berhasil dijahitnya, sang ibu mendapatkan upah sebesar seribu rupiah. Sementara ayah Metta, sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan tidak tetap. Meski dibekali kemampuan yang unggul di bidang akademis, tetapi Metta pasrah jika suatu waktu ia tidak mampu melanjutkan kuliah karena terbentur biaya. Sambil menunggu penerimaan mahasiswa baru, kini Metta bekerja sebagai penjaga toko pakan burung yang tak jauh dari rumahnya. Ia mulai bekerja dari tengah hari hingga larut malam. Keinginan Metta saat ini, ia ingin dapat segera kuliah sesuai minatnya di bidang matematika.
Meraih cita-cita setinggi langit. Itulah harapan yang senantiasa diimpikan oleh seorang pelajar asal Jombang, Jawa Timur ini, Alvinura Fajrin. Mei lalu, ia akhirnya meraih nilai UN tertinggi se- Jawa Timur. Pelajar cerdas nan tekun ini, berhasil lulus SMA dengan nilai memuaskan 58,15. Baginya UN bukanlah momok yang perlu ditakuti, tapi dihadapi dengan persiapan yang matang. Demi meraih prestasi di sekolah, alvinura banyak menggunakan waktunya untuk belajar. Bahkan sejak kecil, meraih ranking di kelas adalah langganan baginya. Berbekal doa dan usaha yang tekun, Alvinura pantang menyerah meraih cita-citanya. Sehari-hari, Alvinura pun rajin beribadah dan berpuasa. Bahkan ia kerap bertukar pikiran dan membagi ilmunya dengan teman-temannya. Alvinura pun bertekad melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Saat ini, sambil menunggu masuk kuliah, alvinura mengikuti pendidikan guru pengajar Al qur'an.
Semangat pantang menyerah juga kuatnya keinginan untuk mengenal abjad di sekolah formal, membawa Besudut nekat keluar dari aturan kelompoknya. Untuk itu ia harus meninggalkan komunitasnya, karena yang dia lakukan itu dianggap telah melanggar adat. Setelah mengikuti pendidikan alterntif bersama KKI Warung Informasi (WARSI), Besudut sempat keluar rimba dan hidup bersama masyarakat. Bergaul dengan masyarakat desa di dalam sekolah merupakan hal yang baru bagi Besudut. Tahun 2003, setelah mengikuti pendidikan alternatif, Besudut mampu lulus ujian Paket A atau ujian setara tingkat Sekolah Dasar. Tak mau berhenti begitu saja, ia pun melanjutkan ke SMP Terbuka. Besudut atau Irman Jalil adalah Orang Rimba pertama yang menempuh pendidikan formal. Tak hanya tingkat SD dan SMP, ia juga sudah merasakan pendidikan di tingkat SMA. Untuk pergi ke sekolah, ia harus menempuh perjalanan 15 km dengan berjalan kaki dari tempatnya bermukim. Bahkan, ia pun dinyatakan lulus Ujian Nasional dengan nilai UN 32,2 dengan nilai tertinggi mata pelajaran Matematika 6,25. Cita-citanya sungguh mulia. Besudut ingin menjadi seorang pengajar yang berasal bagi kelompoknya sendiri dan mengajar kaumnya, hingga kini terus ia perjuangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar